Dengan turunnya harga minyak dunia ini, banyak yang mulai mendorong dan mewacanakan soal kemungkinan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan untuk penyesuaian harga BBM memerlukan proses dan mengikuti aturan. Untuk harga BBM subsidi, dievaluasi pemerintah setiap 3 bulan sekali. Sementara, untuk harga BBM non subsidi dievaluasi setiap sebulan sekali.
Mengingat fluktuasi ini baru terjadi dalam hitungan hari, Djoko menilai untuk menurunkan harga BBM tak perlu buru-buru.
"Kalau turunkan harus lihat dampak, kalau harga kembali naik misalnya ke level US$ 63 per barel sesuai APBN akan sulit juga nanti naikkan harganya," ujar Djoko di CNBC Indonesia, Selasa (10/3/2020).
Reaksi masyarakat juga jadi pertimbangan pemerintah, sehingga pemerintah perlu evaluasi dan menunggu dulu.
"Akan sulit menaikkan kembali jika masyarakat sudah biasa dengan harga rendah. Kita harus evaluasi dan kaji," ungkapnya, Senin, (10/03/2020).
Tidak hanya sulit dinaikkan kembali, dampak lainnya juga menyasar ke situasi politik yang belum bisa diperkirakan. Sehingga perlu terus dilakukan evaluasi seberapa lama dan seberapa jauh dampak dari turunnya harga minyak ini.
Ia menerangkan harga BBM disesuaikan dengan peraturan pemerintah yang mengatur harga BBM Jenis Bahan Bakar Minyak Umum sebesar minimal 5% dan maksimal 10% dari harga dasar. Para pengusaha, imbuhnya bermain di antara batasan-batasan ini.
"Ketentuannya sama (pemerintah dan swasta) ada batas minimum dan maksimum," imbuhnya.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan pihak Pertamina akan terus memantau harga minyak mentah (crude). Sekaligus menganalisa faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga produk maupun kinerja perusahaan secara umum. "Sampai saat ini, operational perusahaan berjalan sesuai dengan target," ungkapnya, Senin, (09/02/2020).
Sementara terkait penurunan harga BBM, Fajriyah menegaskan belum ada rencana. "Sampai saat ini belum, karena penentuan harga produk tidak hanya crude saja," jelasnya.
Presiden Direktur PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), Hilmi Panigoro mengatakan anjloknya harga minyak ini tidak akan berlangsung lama. Dirinya memprediksi perundingan akan segera terjadi sehingga kondisi ini diprediksi paling lama 3 bulan.
"Yang namanya geopolitik itu kita nggak bisa prediksi, Apa yang ada di kepala raja-raja dan perdana menteri. Kenapa saya sebut 3 bulan karena umumnya produsen Amerika itu mereka mungkin awal-awal ini masih bisa bertahan," ungkapnya.
(gus/gus)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMibWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyMDAzMTAxMjM1MzMtNC0xNDM3NTEvZGVuLWthbGF1LWhhcmdhLWJibS10dXJ1bi1uYW50aS1zdXNhaC1sYWdpLW5haWtueWHSAQA?oc=5
2020-03-10 05:41:59Z
52782075965060
Bagikan Berita Ini
0 Response to "DEN: Kalau Harga BBM Turun, Nanti Susah Lagi Naiknya - CNBC Indonesia"
Post a Comment