Search

Rupiah Keluar dari Level Rp 16.000/US$, Berkat 'Jamu' BI? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (20/3/2020) hingga mencapai level terlemah sejak krisis 1998.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,31% ke Rp 15.950/US$. Depresiasi terus berlanjut hingga 1.89% ke Rp 16.200/US$. Level tersebut menyamai level terlemah sejak 18 Juni 1998, kala itu rupiah menyentuh level terlemah intraday Rp 16.200/US$. Adapun rekor terlemah rupiah secara intraday Rp 16.800/US$ yang dicapai pada 17 Juni 1998.

Rupiah berhasil memangkas pelemahan, dan mengakhiri perdagangan di Rp 15.900/US$, sama dengan level penutupan kemarin.


Untuk diketahui, pada 17 Juni 1998, rupiah memang menyentuh level Rp 16.800/US$, tetapi di akhir perdagangan berada di level Rp 15.000/US$. Selanjutnya, sehari setelahnya rupiah kembali melemah ke Rp 16.200/US$, tetapi setelahnya justru berbalik menguat dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.000/US$.

Itu artinya pada perdagangan jika melihat posisi penutupan perdagangan, Rp 15.900/US$ merupakan yang terlemah sepanjang sejarah. Jika dilihat sejak akhir tahun 2019 hingga hari ini atau secara year-to-date (YTD), rupiah sudah ambles 14,55% melawan dolar AS.

Meski tidak melemah lagi pada hari ini, tetapi jika mayoritas mata uang utama Asia yang menguat hari ini, kinerja rupiah bisa dibilang mengecewakan.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 16:05 WIB.

Pandemi virus corona (COVID-19) yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi global bahkan berisiko mengalami resesi terus memicu aksi jual di pasar finansial global.

Aksi jual sebenarnya tidak hanya terjadi di pasar keuangan RI, tetapi juga secara global. Namun Indonesia yang merupakan negara emerging market tentunya dianggap lebih berisiko oleh para investor sehingga aksi jual terjadi lebih parah, yang menyebabkan kurs rupiah terus merosot belakangan ini.

Berdasarkan data RTI, akibat aksi jual tersebut terjadi capital outflow di pasar saham sebesar Rp 10,25 triliun YTD. Sementara di pasar obligasi lebih parah lagi, sejak akhir Desember 2019 hingga 17 Maret terjadi outflow sebesar Rp 78,76 triliun, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risko (DJPPR) Kementerian Keuangan.

Pergerakan rupiah memang sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa. Sebabnya, pos pendapatan devisa lain yakni transaksi berjalan (current account), belum bisa diandalkan.

Sejak tahun 2011 transaksi berjalan RI sudah mengalami defisit. Praktis pasokan valas hanya dari hot money, yang mudah masuk-keluar.

[Gambas:Video CNBC]

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDMyMDE2NTc0Ny0xNy0xNDY1NDIvcnVwaWFoLWtlbHVhci1kYXJpLWxldmVsLXJwLTE2MDAwLXVzLS1iZXJrYXQtamFtdS1iadIBAA?oc=5

2020-03-20 10:32:24Z
52782091437052

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Rupiah Keluar dari Level Rp 16.000/US$, Berkat 'Jamu' BI? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.