Kemarin, IHSG ditutup melemah nyaris 1%. Namun indeks saham utama Asia lainnya pun melemah, bahkan lumayan banyak yang terkoreksi lebih dalam ketimbang IHSG.
Berikut posisi penutupan indeks saham Asia pada perdagangan kemarin:
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat tipis 0,07% di perdagangan pasar spot. Rupiah menghabiskan sebagian besar hari di zona merah, dan baru menguat jelang penutupan perdagangan.
Penguatan juga terjadi di pasar obligasi pemerintah. Imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 3,7 basis poin (bps). Penurunan yield menandakan harga instrumen ini sedang menguat.
Tidak hanya yang 10 tahun, penurunan yield juga terjadi di hampir seluruh tenor. Berikut posisi yield Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan kemarin:
Sejatinya sentimen di pasar cenderung negatif. Investor ketar-ketir setelah mendengar kabar yang kurang sedap dari Jerome 'Jay' Powell, Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed).
Dalam paparannya di hadapan Kongres, Powell menyebut bahwa proses pemulihan ekonomi yang hancur lebur akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) akan memakan waktu lebih lama dari perkiraan. Selama risiko kesehatan (bahkan kehilangan nyawa) masih tinggi, Powell menegaskan akan sulit bagi dunia usaha untuk menggenjot ekspansi. Akibatnya, penciptaan lapangan kerja menjadi sangat terbatas (bahkan berkurang drastis) sehingga rumah tangga juga mengalami penurunan pendapatan.
"Ini membuat ekonomi akan mengalami periode produktivitas rendah dan pendapatan yang stagnan dalam waktu yang lebih lama. Dukungan fiskal mungkin membutuhkan biaya yang tidak murah, tetapi layak jika mampu membantu menghindari kerusakan ekonomi jangka panjang dan memperkuat peluang menuju pemulihan," papar Powell.
Ketika perekonomian AS masih sulit tumbuh tinggi karena dihalangi pandemi virus corona, maka dunia akan ikut merasakannya. Maklum, AS adalah negara konsumen terbesar di dunia. Saat permintaan dari AS turun, maka rantai pasok tentu akan terganggu.
Perkembangan ini membuat investor ogah mengambil risiko. Dalam situasi yang sangat tidak pasti, lebih baik bermain aman sehingga bursa saham Asia terjebak di zona merah, termasuk di Indonesia.
Namun mengapa rupiah dan harga SBN masih bisa menguat? Kemungkinan besar ada campur tangan Bank Indonesia (BI). Sepertinya intervensi MH Thamrin di pasar sekunder SBN berhasil membawa rupiah ke jalur hijau, yang otomatis juga mengangkat harga obligasi.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan lalu menegaskan bahwa meningkatkan intensitas kebijakan triple intervention di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forwards (NDF), dan pembelian SBN di pasar sekunder. Sepertinya kemarin BI berada di pasar dan 'mengguyur' likuiditas dalam jumlah besar.
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDUxNTAyNDQwNy0xNy0xNTg2NDMva2FsYS1jb3JvbmEtYmlzYS1iZXJ1anVuZy1wZXJhbmctZHVuaWEtaWlpLWFtaXQtYW1pdNIBAA?oc=5
2020-05-14 23:00:21Z
52782184136060
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kala Corona Bisa Berujung Perang Dunia III, Amit-amit... - CNBC Indonesia"
Post a Comment