Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkap badai pemutusan hubungan kerja (PHK) akan berdampak ke sektor bisnis garmen atau pakaian dan alas kaki. Hal itu disebabkan karena kedua sektor tersebut tengah mengalami penurunan orderan hingga 50%.
Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo, Anton J. Supit menjelaskan penurunan orderan itu mengakibatkan adanya ancaman PHK karyawan yang cukup besar. Terlebih, dua sektor itu juga mengandalkan orientasi ekspor ke Eropa hingga Amerika Serikat (AS). Di mana kedua negara itu tengah mengalami penurunan perekonomian.
"Ada komoditas garmen dan sepatu itu karena permintaan dunia khususnya pasar Eropa dan Amerika menurun sekali, sehingga sepatu itu ordernya menurun sekali rata rata 50%, garmen rata rata 30%. Jadi pabrik-pabrik ini mengalami masalah sekarang dan ada ancaman PHK juga," ujarnya kepada detikcom, Selasa (25/10/2022).
Anton mengakui akibat penurunan orderan, akan sulit bagi perusahaan mempertahankan karyawannya. Ia juga mengkhawatirkan penurunan orderan hingga dampak PHK akan berlanjut hingga tahun 2023.
"Garmen dan sepatu ini diprediksi sampai akhir 2023, akhir tahun depan, karena orderannya itu," jelasnya.
Saat ini, pengusaha dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) juga tengah mencari cara untuk mengatasi persoalan tersebut. Penurunan bisnis ini juga disebut terjadi pada startup, terutama yang telah melakukan PHK.
"Saya kira itupun yang dialami oleh startup dan lain-lain, karena risiko bisnis. Itu situasi memang, tidak bisa kita generalisasi seakan-akan semua bermasalah ya, ada juga yang baik dan ada yang belum beruntung karena situasi dunia," tutur Anton.
Anton menambahkan, dampak PHK karyawan hanya akan menerpa sektor bisnis padat karya yang orientasinya juga ekspor.
"Makanya kalau dari garmen mereka minta penyelundupan itu diberantas, seperti banyak pakaian bekas yang masuk, faktanya ada dan banyak di pasar. Itu kan tugas pemerintah memberantas," tutupnya.
Dia berharap ada kebijakan dari pemerintah juga untuk bahu-membahu menghindari masalah tersebut. Ada beberapa permintaan pengusaha agar bisa dibantu mengatasi PHK.
"Kita tidak mungkin terus menerus mempertahankan pekerja saat nggak ada orderan atau nggak ada kerjaan. Untuk mengurangi masalah PHK, kepada pemerintah kita meminta ada satu kebijakan untuk mengurangi jam kerja ada payung hukum untuk itulah. Tetapi sistemnya no work no pay," lanjutnya.
Walaupun ada kekhawatiran berkaitan dengan badai PHK, Anton mengatakan tidak semua sektor bisnis di Indonesia mengalami masalah. Ia menyebut banyak sektor juga yang mengalami pertumbuhan, mulai dari batu bara, sawit, dan ekspor mobil.
"Jadi tidak bisa digeneralisasi seakan-akan memang semua bermasalah ada juga tumbuh baik dan ada juga yang belum beruntung karena situasi dunia," tutupnya.
Simak Video "Lorong Gelap Bisnis Startup"
[Gambas:Video 20detik]
(ada/zlf)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMifmh0dHBzOi8vZmluYW5jZS5kZXRpay5jb20vYmVyaXRhLWVrb25vbWktYmlzbmlzL2QtNjM2OTIwMC9iYWRhaS1waGstbWFraW4tbnlhdGEtYmlzbmlzLWFsYXMta2FraS1kYW4tZ2FybWVuLWtvcmJhbi1zZWxhbmp1dG55YdIBAA?oc=5
2022-10-25 23:00:29Z
1613421486
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Badai PHK Makin Nyata, Bisnis Alas Kaki dan Garmen Korban Selanjutnya - detikFinance"
Post a Comment