- Transaksi berjalan dan transaksi finansial mengalami defisit pada kuartal-II 2023
- Peristiwa defisit yang terjadi bersamaan terbilang langka karena hanya terjadi empat kali sejak 2004
- Twin defiict bisa memaksa BI mengerek suku bunga BI
Jakarta, CNBC Indonesia - Peristiwa langka kembali terjadi pada kuartal-II 2023 yakni defisit transaksi berjalan bersamaan dengan transaksi finansial Indonesia. Hal ini tercermin dari laporan Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) kemarin (22/8/2023).
BI melaporkan transaksi berjalan Indonesia membukukan defisit US$1,9 miliar atau 0,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2023. Defisit ini adalah yang pertama sejak kuartal II-2021.
Sedangkan transaksi finansial yang terdiri dari investasi langsung, investasi portofolio, derivatif finansial, dan investasi lainnya juga mengalami defisit sebesar US$ 4,97 miliar pada April-Juni 2023, berbalik arah dari surplus US$ 3,68 miliar pada Januari-Maret 2023.
Neraca transaksi finansial juga masuk ke zona negatif karena derasnya capital outflow. Asing memilih kabur sejalan dampak kenaikan ketidakpastian pasar keuangan global, serta peningkatan pembayaran global bonds dan pinjaman luar negeri yang jatuh tempo sesuai pola kuartalan.
Catatan BI menunjukkan neraca transaksi finansial biasanya menjadi penolong Indonesia untuk menekan defisit transaksi berjalan sehingga NPI masih positif.
Namun, derasnya capital outflow membuat tren tersebut berakhir. Transaksi finansial kini justru membebani NPI.
Kondisi defisit yang terjadi secara berbarengan antara transaksi berjalan dengan transaksi finansial terjadi sebanyak empat kali sejak 2004 hingga kuartal-II 2023.
Kondisi ini terjadi dua kali pada zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tepatnya pada kuartal-III 2005 dan kuartal-IV 2008 sedangkan pada zaman Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga tercatat dua kali yakni pada kuartal-I 2020 dan kuartal-II 2023.
Peristiwa defisit yang bersamaan ini menjadi perhatian karena sejauh ini terjadi hanya empat kali dalam 19 tahun terakhir. Selain itu, kemunduran kedua hal tersebut mencerminkan melemahnya ekspor-impor Indonesia dan iklim investasi di Indonesia.
Defisit transaksi finansial dan transaksi berjalan pada kuartal III-2005 disebabkan oleh tingginya penempatan aset dalam bentuk aliran outflow di currency and deposit bank di luar negeri. Investor asing juga meninggalkan Indonesia karena inflasi melonjak 17,11% karena ada kenaikan harga BBM subsidi.
Transaksi finansial dan transaksi berjalan kembali defisit pada kuartal IV-2008 di tengah derasnya aksi jual asing setelah Krisis Finansial Global menghantam dunia. Inflasi Indonesia yang menembus 11,06% karena kenaikan harga BBM subsidi juga membuat investor kabur.
Pada saat yang bersamaan, impor melonjak karena harga minyak yang melambung serta tingginya permintaan dalam negeri karena meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Transaksi finansial dan transaksi berjalan kembali mencatat defisit pada kuartal I-2020. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada awal Maret membuat kekhawatiran investor meningkat. Investor asing pun memilih menarik dananya dari Indonesia.
Di sisi lain, ekspor jeblok karena aktivitas ekonomi nyaris terhenti pada awal pandemi sejalan dengan pembatasan mobilitas dan lockdown di banyak negara.
Defisit Transaksi Berjalan
Pada kuartal-II 2023, transaksi berjalan berbalik arah menjadi defisit karena melemahnya ekspor yang dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas dunia, perlambatan ekonomi dunia, termasuk perlambatan ekonomi mitra dagang.
Data BI menunjukkan ekspor Indonesia pada kuartal II-2023 (year on year/yoy) ke 10 negara utama jeblok. Kontraksi besar dicatat oleh Malaysia, Korea Selatan, India, dan China.
Ekspor komoditas non-migas ke China mengalami kontraksi menjadi 8,3% yoy pada kuartal-II 2023 atau turun drastis dari yang sebelumnya positif 25,4% yoy pada kuartal-I 2023. Komoditas ekspor yang mengalami defisit yakni besi dan baja, bijih logam, serta minyak dan lemak nabati.
Besi dan baja sebelumnya bertumbuh 1,2% yoy namun kuartal-II 2023 defisit menjadi 19,1% yoy. Sedangkan bijih logam mengalami defisit menjadi 21% yoy dari surplus 38,5% yoy. Begitu pula dengan minyak dan lemah nabati yang mengalami depresiasi cukup dalam menjadi 14,9% yoy dibandingkan kuartal-I 2023 yang surplus 113,5% yoy.
Alhasil, surplus neraca ekspor impor menyempit karena ekspor barang turun jauh dari US$ 67,32 miliar pada Januari-Maret 2023 menjadi US$ 61,97 miliar pada April-Juni 2023.
Ekspor tersebut didominasi oleh ekspor non-migas sebesar US$ 57,65 miliar, kemudian disusul oleh ekspor minyak sebesar US$ 2,14 miliar, dan terakhir oleh ekspor gas sebesar US$ 1,97 miliar.
Pelemahan nilai ekspor tersebut berdampak pada neraca ekspor impor yang hanya surplus US$ 10,35 miliar atau turun 29,5% dibandingkan pada kuartal I-2023 yang tercatat US$ 14,7 miliar.
Defisit Transaksi Finansial
Neraca transaksi finansial yang didominasi oleh investasi langsung, investasi portofolio, dan investasi lainnya membukukan defisit sebesar US$ 4,97 miliar pada April-Juni 2023, berbalik 180 derajat dari surplus US$ 3,68 miliar pada Januari-Maret 2023.
Investasi langsung masih mencatatkan surplus sebesar US$ 3,31 miliar pada kuartal II-2023, turun dari US$ 3,86 miliar pada kuartal I-2023.
Sedangkan investasi portofolio yang merekam transaksi investasi di saham dan obligasi mencatat defisit. Neraca investasi portofolio mencatatkan defisit sebesar US$ 2,59 miliar pada kuartal II-2023, berbalik arah dari surplus US$ 3,03 miliar pada kuartal I-2023.
Tercatat investasi lainnya pada kuartal-II 2023 turun tajam dan defisit sebesar US$ 5,61 miliar. Jika dibandingkan dengan kuartal-I 2023 yang sebesar US$ 3,41 miliar, maka defisit kuartal ini turun 64,3% dibandingkan kuartal-I 2023.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)[Gambas:Video CNBC]
https://news.google.com/rss/articles/CBMie2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL3Jlc2VhcmNoLzIwMjMwODIzMTIzMTEyLTEyOC00NjUzOTEvZmVub21lbmEtMTktdGFodW4tc2J5LWpva293aS1oYWRhcGkta2VuZ2VyaWFuLXR3aW4tZGVmaWNpdNIBAA?oc=5
2023-08-23 09:15:00Z
2344078429
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Fenomena 19 Tahun: SBY & Jokowi Hadapi Kengerian Twin Deficit - CNBC Indonesia"
Post a Comment