Search

Di Balik Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Salah Satunya Kendala Bahan Baku Impor - Kompas.com

KOMPAS.com - Pembatasan impor bahan baku sepatu hingga kurangnya inovasi merek disebut sebagai penyebab utama di balik penutupan pabrik PT Sepatu Bata di Purwakarta. Apa langkah perusahaan alas kaki ini guna mengembalikan kinerja bisnis dan penjualannya?

Setelah penutupan pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat, menyedot perhatian masyarakat, Kementerian Perindustrian menggelar dialog dengan pimpinan PT Sepatu Bata, Rabu (08/05) di Jakarta.

Dalam pertemuan itu, manajemen PT Sepatu Bata kembali menjelaskan ulang alasan penutupan pabriknya di Purwakarta serta upayanya fokus pada "bisnis retail" agar roda bisnis tetap jalan.

Sebelumnya, dalam beberapa tahun belakangan, perusahaan alas kaki ini mengalami penurunan produksi dan kerugian.

Baca juga: Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Apa yang dialami perusahan sepatu Bata ini memunculkan banyak pertanyaan di masyarakat, yaitu apa penyebab utama dari itu semua?

Bagi pengamat ekonomi Indef, Andry Satrio Nugroho, mengatakan apa yang dialami Bata tak terlepas dari kebijakan pemerintah tentang pembatasan impor bahan baku yang disebutnya merugikan perusahaan alas kaki. Kehadiran bahan baku impor itu sangat penting bagi industri mereka.

Jika pemerintah tidak merevisi peraturan itu hingga paling tidak pertengahan tahun, Andry memprediksi kinerja industri akan melambat hingga 4%.

Dihubungi secara terpisah, Juru bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan, tidak ada hubungan penutupan pabrik PT Sepatu Bata dengan kenaikan tarif impor.

"Kenaikan tarif impor lebih disebabkan karena penguatan Dollar AS dan bukan karena pemberlakuan lartas [larangan dan pembatasan] bahan baku impor," kata Febri dalam keterangan tertulis kepada BBC News Indonesia, Kamis (09/05).

Baca juga: Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Kami Bingung...

Di sisi lain, pengamat pemasaran dan bisnis, Yuswohady, menyebut kurangnya inovasi pemasaran dan pengembangan merek, membuat merek Bata kesulitan menggaet generasi millennial dan Gen Z.

Cerita dua generasi tentang sepatu Bata

Produk-produk tas hingga sepatu yang dipajang di dalam sebuah gerai Bata.Bata.com via BBC Indonesia Produk-produk tas hingga sepatu yang dipajang di dalam sebuah gerai Bata.
Dwi Budhi Rahayu, 42, mengenang momen masa kecilnya ketika orang tuanya mengajaknya pergi membeli sepatu Bata setelah mendapatkan nilai rapor saat SD. Biasanya ia dan keluarga pergi ke gerai Bata Sabang di Jalan Agus Salim, Jakarta Pusat.

“Jadi itu sesuatu yang ditunggu-tunggu, seperti motivasi untuk belajar. Begitu ambil rapot dan mendapatkan peringkat satu, orang tua akan mengajak kita pergi ke toko sepatu untuk memilih model yang mau dibeli,” ungkap Ayu kepada BBC News Indonesia.

Ayu masih mengingat betul model sepatu yang ia pilih saat itu, yakni sebuah pantofel hitam khusus perempuan yang terbuat dari kulit dan memiliki berbagai variasi seperti pita atau bunga.

Ia mengatakan bahwa semasa kecilnya, sepatu Bata selalu ada teriklan di majalah kanak-kanak Bobo, di surat kabar, dan bahkan teman-teman sekolahnya menggunakan sepatu Bata.

Baca juga: Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Orang tuanya pun selalu memilih Bata untuk alas kaki karena dianggap berkualitas dan tahan lama.

“Saya dan kakak saya bedanya setahun jadi kembar sepatunya karena sama-sama perempuan. Ada kebanggaan tersendiri, saat keluar dari toko dan menenteng sepatu Bata baru,” kata Ayu dengan nada riang.

Hingga kini pun, Ayu mengaku masih membeli sepatu model slip-on dari Bata, karena sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil.

Ia pun merasa kaget dan sedih ketika mendengar Bata menutup pabriknya yang ada di Purwakarta Jawa Barat karena di matanya, Bata masih “up-to-date” seperti di masa lalu.

Namun, Raisyah, 23, memiliki pandangan berbeda. Ia terakhir kali membeli sepatu Bata saat SMP, tetapi sekarang ia merasa desain sepatu dan cara pemasarannya kurang menarik bagi generasinya.

“Bata bukan lagi pilihan saya. Tapi setelah saya lihat-lihat, desainnya lebih cocok untuk anak sekolah atau seseorang yang sudah jauh lebih tua umurnya,” kata Raisyah.

Baca juga: Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Meski begitu, ia menyatakan dirinya masih suka membeli sepatu-sepatu yang diproduksi dalam negeri, khususnya yang memiliki gaya kekinian dan inovatif. Terkadang, ia lebih memilih untuk membeli sepatu secara daring.

”Kalau saya melihat ada satu brand lokal yang memang paham banget dengan Gen Z, mereka benar-benar memberikan outlook yang segar. Sedangkan Bata tetap menggunakan sistem lama, seperti diskon-diskon. Atau mereka menempatkan tokonya di dekat baju ritel lokal,” ungkapnya.

Saat mendengar kabar penutupan pabrik Bata di Purwakarta, Raisyah merasa ”kaget tapi tidak terlalu”.

”Saya tidak menyangka merek yang sudah lama sekali berada di Indonesia bakal tergerus. Tapi pada akhirnya, balik lagi ke daya beli orang-orang. Mau beli produknya atau tidak,” ucap Raisyah.

Sejarah Sepatu Bata di Indonesia

Bata merupakan perusahaan asal Cekoslowakia yang berdiri pada 1894 dan mulai memproduksi sepatu di Indonesia pada 1940.GETTY IMAGES via BBC Indonesia Bata merupakan perusahaan asal Cekoslowakia yang berdiri pada 1894 dan mulai memproduksi sepatu di Indonesia pada 1940.
Bata merupakan salah satu merek sepatu tertua di Indonesia. Namun sebenarnya Bata bukan merek lokal melainkan asal Cekoslowakia.

Bata merupakan perusahaan yang didirikan pengusaha bernama Tomas Anna dan Antonin Beta pada 1894 di Zlin, Cekoslowakia.

Perusahaan tersebut melakukan ekspansi hingga ke benua Eropa, Asia, Afrika, Amerika Latin, hingga Amerika Utara. Produk-produk Bata menyebar sampai ke 50 negara dengan produsen yang berpusat di 26 negara.

Berdasarkan situs resminya, Bata sudah menjual sepatu di Indonesia bahkan sejak 1931, 14 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan. Di kala itu, Bata bekerja sama dengan Netherlandsch-Indisch sebagai importir sepatu yang beroperasi di Tanjung Priok.

Baca juga: Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Kemudian pada 1937, Tomas Bata mendirikan pabrik sepatu di tengah perkebunan karet di daerah Kalibata, Jakarta Selatan. Pada 1940, Bata mulai memproduksi sepatu di Indonesia.

Adblock test (Why?)


https://news.google.com/rss/articles/CBMif2h0dHBzOi8vcmVnaW9uYWwua29tcGFzLmNvbS9yZWFkLzIwMjQvMDUvMTAvMDYwNzAwODc4L2RpLWJhbGlrLXBlbnV0dXBhbi1wYWJyaWstc2VwYXR1LWJhdGEtZGktcHVyd2FrYXJ0YS1zYWxhaC1zYXR1bnlhLWtlbmRhbGHSAQA?oc=5

2024-05-09 23:07:00Z
CBMif2h0dHBzOi8vcmVnaW9uYWwua29tcGFzLmNvbS9yZWFkLzIwMjQvMDUvMTAvMDYwNzAwODc4L2RpLWJhbGlrLXBlbnV0dXBhbi1wYWJyaWstc2VwYXR1LWJhdGEtZGktcHVyd2FrYXJ0YS1zYWxhaC1zYXR1bnlhLWtlbmRhbGHSAQA

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Di Balik Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Salah Satunya Kendala Bahan Baku Impor - Kompas.com"

Post a Comment

Powered by Blogger.