Search

Duh Gusti! Pabrik Garmen di Cileungsi Ini Tumbang, PHK 3.000 Orang - CNBC Indonesia

Bogor, CNBC Indonesia - Satu per satu pabrik tekstil, garmen, hingga alas kaki di Indonesia menghentikan operasionalnya, alias tutup. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pun tak terelakkan lagi. Salah satunya pabrik garmen di daerah Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Pantauan CNBC Indonesia di lokasi,  Kamis (13/6/2024), terlihat kondisi pabrik yang biasanya ramai dipenuhi pekerja serta suara mesin jahit yang saling bersahutan, kini sunyi senyap, tidak ada lagi aktivitas menjahit. Ribuan mesin jahit pun tertutup kain, sudah tak lagi dipakai.

Setidaknya ada 3.000 buruh yang terpaksa harus kehilangan pekerjaannya, imbas dari penghentian operasional pabrik garmen ini. Sang pemilik pun mengaku sudah tidak mampu dalam mempertahankan bisnisnya. Lantaran sepinya order yang masuk, dengan ditambah beban upah minimum yang terus naik setiap tahun.

Adapun pabrik garmen ini sebelumnya memproduksi pakaian dalam merek global ternama, seperti bra wanita, celana dalam, bustier, bodysuits, suspender belt, kamisol, pakaian dalam pria, dan lain sebagainya. Bahkan, pada saat pandemi Covid-19 melanda beberapa tahun lalu, pabrik garmen ini turut serta dalam memproduksi alat pelindung diri (APD).

Namun sayangnya, kejayaan pun meredup ketika isu geopolitik, resesi global, hingga kenaikan upah tinggi membuat pabrik garmen yang sudah berdiri sejak tahun 1997 ini terpaksa gulung tikar, dan melakukan PHK terhadap ribuan pekerjanya.

Anggota Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Provinsi Jawa Barat (PPTPJB) Bidang Hukum, Desi Sulastri menyebut kenaikan upah yang signifikan, dengan tidak dibarengi permintaan order yang tinggi membuat pabrik tekstil beserta turunannya bertumbangan.

"Penetapan upah dengan Otoda (otonomi daerah) sejak 10 tahun terakhir membuat industri yang ada mengalami penekanan-penekanan dalam penetapan upah. Karena seyogyanya penetapan kenaikan upah kan diiringi dengan pertambahan order atau peningkatan produktivitas, tetapi dengan beralihnya penetapan UMK dengan melalui Otoda, itu tidak lagi menjadi perhitungan," kata Desi kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (14/6/2024).

Desi mengatakan, pandemi Covid-19, resesi global, hingga memanasnya tensi geopolitik telah menjadi tantangan besar bagi industri padat karya, khususnya yang berorientasi ekspor. Namun, yang menjadi isu utama banyaknya pabrik tekstil dan produk tekstil (TPT) bertumbangan, menurut Desi, adalah upah minimum yang naik signifikan setiap tahunnya. Sehingga pabrik yang nafasnya sudah tersengal-sengal, ditambah beban upah tinggi, terpaksa berguguran.

"Seiring berjalannya waktu, sampai dengan tahun 2020 ada pandemi Covid-19, terus ada resesi global, perang dan lain sebagainya membuat tekanan terhadap industri, khususnya padat karya. Tapi penyebab utamanya itu dimulai dari penetapan upah yang bisa dibilang tidak sesuai dan tidak mempertimbangkan laju pertumbuhan ekonomi, terutama di industri padat karya," terang dia.

Lebih lanjut, Desi mewakili pengusaha produsen tekstil di Jawa Barat menyampaikan, pihaknya sangat berharap kepada pemerintah agar tidak menyamakan kondisi dari industri padat karya dengan industri padat modal. Sebab, katanya, kondisi dari kedua jenis industri tersebut sangat berbeda, di mana industri padat karya dapat menyerap begitu banyak tenaga kerja. Sehingga, ketika upah minimum naik tinggi, industri ini juga yang paling terdampak.

"Kita berharap industri ini jangan disamakan dengan industri padat modal pada umumnya. Karena industri inilah yang sangat terimbas dengan kenaikan upah, bergeser Rp1.000 saja itu benar-benar berpengaruh, sebab jumlah karyawannya yang ada ribuan," pungkasnya.


[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Diam-Diam Lebih 10.800 Buruh Pabrik Tekstil RI Jadi Korban PHK


(dce)

Adblock test (Why?)


https://news.google.com/rss/articles/CBMiemh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyNDA2MTQwMTMyMzYtNC01NDY1MDcvZHVoLWd1c3RpLXBhYnJpay1nYXJtZW4tZGktY2lsZXVuZ3NpLWluaS10dW1iYW5nLXBoay0zMDAwLW9yYW5n0gF-aHR0cHM6Ly93d3cuY25iY2luZG9uZXNpYS5jb20vbmV3cy8yMDI0MDYxNDAxMzIzNi00LTU0NjUwNy9kdWgtZ3VzdGktcGFicmlrLWdhcm1lbi1kaS1jaWxldW5nc2ktaW5pLXR1bWJhbmctcGhrLTMwMDAtb3JhbmcvYW1w?oc=5

2024-06-14 00:15:00Z
CBMiemh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyNDA2MTQwMTMyMzYtNC01NDY1MDcvZHVoLWd1c3RpLXBhYnJpay1nYXJtZW4tZGktY2lsZXVuZ3NpLWluaS10dW1iYW5nLXBoay0zMDAwLW9yYW5n0gF-aHR0cHM6Ly93d3cuY25iY2luZG9uZXNpYS5jb20vbmV3cy8yMDI0MDYxNDAxMzIzNi00LTU0NjUwNy9kdWgtZ3VzdGktcGFicmlrLWdhcm1lbi1kaS1jaWxldW5nc2ktaW5pLXR1bWJhbmctcGhrLTMwMDAtb3JhbmcvYW1w

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Duh Gusti! Pabrik Garmen di Cileungsi Ini Tumbang, PHK 3.000 Orang - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.