Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,5% ke 6.109,168 pada perdagangan Rabu kemarin. dengan demikian bursa kebanggaan Tanah Air sudah merosot dalam 5 hari beruntun dengan total 5%.
Meski demikian, data perdagangan mencatat investor asing sejak awal pekan terus melakukan aksi beli bersih (net buy), kemarin tercatat sebesar Rp 109,75 miliar di pasar reguler, dengan nilai transaksi mencapai Rp 19,11 triliun.
Hal tersebut mengindikasikan sentimen investor asing sebenarnya masih cukup bagus terhadap pasar saham dalam negeri.
Sentimen negatif bagi IHSG datang dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, tetapi produk domestik bruto (PDB) Indonesia justru dipangkas.
Dalam laporan terbarunya yang bertajuk World Economic Outlook, IMF memprediksi PDB global tahun 2021 tumbuh 5,5%, naik 0,3 poin persentase dibandingkan dengan proyeksi IMF pada Oktober tahun lalu. Baik negara berkembang maupun negara maju keduanya diramal bakal memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Namun, IMF justru merevisi turun prospek pertumbuhan PDB Indonesia menjadi 4,8% untuk 2021. Lebih rendah 1,3 poin persentase dibanding perkiraan pada Oktober tahun lalu.
Sentimen negatif bertambah pada perdagangan hari ini, Kamis (28/1/2021), bursa saham Amerika Serikat ambrol lebih dari 2% pada perdagangan Rabu waktu setempat. Sebagai kiblat bursa saham dunia, ambrolnya Wall Street tentunya mengirim hawa negatif ke pasar Asia, termasuk IHSG.
Secara teknikal, IHSG kemarin rebound setelah nyaris menyentuh rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50).
Terus merosotnya IHSG terjadi setelah membentuk pola 3 gagak hitam (three black crow). Pola tersebut merupakan sinyal pembalikan arah, dari sebelumnya dalam tren menanjak berubah menjadi turun, atau "malapetaka" bagi IHSG.
Pola three black crow terdiri dari 3 candle stick yang menurun, dengan posisi penutupan candle terakhir selalu lebih rendah dari candle sebelumnya.
![]() Foto: Refinitiv |
Selain itu, IHSG bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), yang menjadi modal untuk kembali menguat dalam jangka panjang.
Namun jika MA 50 ditembus, tekanan akan semakin besar.
Indikator stochastic pada grafik harian sudah turun menuju wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Sementara itu pada grafik 1 jam, stochastic sudah keluar dari wilayah jenuh jual.
![]() Foto: Refinitiv |
Support terdekat berada di kisaran 6.070 hingga 6.050, jika ditembus dan tertahan di bawahnya, IHSG berisiko turun menuju level psikologis ke 6.000 hingga 5.990 (MA 50). Penembusan di bawah level berisiko memicu aksi jual lebih lanjut.
Sementara resisten terdekat jika kembali ke atas 6.150, jika berhasil dilewati IHSG berpeluang bangkit menuju 6.200.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIxMDEyODA4MTYwMy0xNy0yMTkyODMvYW1icm9sLTUtaGFyaS01LWF3YXMtbWFsYXBldGFrYS1paHNnLWJlbHVtLWJlcmFraGly0gEA?oc=5
2021-01-28 01:33:00Z
52782590199628
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ambrol 5 Hari & 5%, Awas Malapetaka IHSG Belum Berakhir! - CNBC Indonesia"
Post a Comment