Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan terjadi lonjakan harga komoditas di pasar internasional. Hal ini juga yang mempengaruhi surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2021.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil/CPO pada Juni meningkat menjadi US$ 70,23 per barel, dari sebelumnya pada Mei 2021 sebesar US$ 65,49 per barel.
"ICP di Indonesia di dunia secara bulanan atau month to month (mtm) naik 7,24% dan year on year (tahunan) naik 91,47%," jelas Margo dalam konferensi pers, Kamis (15/7/2021).
Pada harga komoditas nonmigas, BPS juga mencatat terjadi peningkatan secara bulanan. Di antaranya adalah batubara, nikel dan timah.
"Batubara month to month naik 21,42% dan year on year naik 148,94%. Nikel month to month naik 2,29% dan year on year naik 41,20%. Sementara timah month to month naik 0,79% dan year on year naik 93,03%," ujar Margo.
Sementara, ada beberapa komoditas non migas yang juga mengalami penurunan, di antaranya adalah harga minyak kelapa sawit, kernel, karet dan tembaga.
"Sawit month to month turun 11,98% dan tahunan turun 54,99%. Minyak kernel month to month turun 7,26% dan karet month to month turun 7,36%, dan terakhir untuk tembaga month to month turun 5,22%," ujar Margo.
"Berbagai perkembangan harga minyak dan nonmigas akan mempengaruhi ekspor-impor pada Juni 2021," kata Margo melanjutkan.
Perkembangan harga komoditas, kata Margo merupakan salah satu alasan neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2021 mengalami surplus US$ 1,32 miliar secara bulanan pada Juni 2021.
Realisasi tersebut lebih rendah dibanding surplus US$2,7 miliar pada Mei, tetapi masih lebih tinggi dari neraca dagang Juni 2020 yang tercatat surplus US$1,2 miliar. Secara total, akumulasi surplus neraca dagang Indonesia mencapai US$11,86 miliar sepanjang semester I 2021.
Margo mengungkapkan surplus terjadi karena nilai ekspor mencapai US$ 18,55 miliar pada Juni 2021, sementara nilai impor lebih kecil jika dibandingkan ekspor yakni US$ 17,23 miliar. Indonesia diketahui juga mengalami surplus berturut-turut selama 14 bulan.
Berdasarkan negara tujuan ekspor, kenaikan ekspor terjadi ke China mencapai US$625,2 juta, Amerika Serikat US$374,5 juta, dan Jepang US$ 252,9 juta.
Sedangkan penurunan nilai ekspor terjadi ke India sebesar US$163,7 juta, Swiss sebesar US$94,2 juta, dan Pakistan sebesar US$85,8 juta.
Kendati begitu, pangsa ekspor Indonesia tidak berubah, yakni terbanyak masih ke China mencapai 23,88%. Setelah itu ke AS sebesar 12,34%, dan Jepang 7,87%.
[Gambas:Video CNBC]
(mij/mij)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyMTA3MTUxNzQ0NTUtNC0yNjEyNzIvcmktbWFjYW0ta2V0aWJhbi1kdXJpYW4tcnVudHVoLWdhcmEtZ2FyYS1jcG8taGluZ2dhLXRpbWFo0gF4aHR0cHM6Ly93d3cuY25iY2luZG9uZXNpYS5jb20vbmV3cy8yMDIxMDcxNTE3NDQ1NS00LTI2MTI3Mi9yaS1tYWNhbS1rZXRpYmFuLWR1cmlhbi1ydW50dWgtZ2FyYS1nYXJhLWNwby1oaW5nZ2EtdGltYWgvYW1w?oc=5
2021-07-15 12:40:00Z
CAIiEK258Cy5Pp1L2nlsuE52wu4qMwgEKioIACIQ_AkAW4K1GN2Prix5sHK-pioUCAoiEPwJAFuCtRjdj64sebByvqYwztCWBw
Bagikan Berita Ini
0 Response to "RI Macam Ketiban Durian Runtuh Gara-gara CPO Hingga Timah! - CNBC Indonesia"
Post a Comment