Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara bergerak turun jelang libur Natal dan Tahun Baru. Pada perdagangan Jumat (22/12/2022), harga batu bara kontrak Januari di pasar ICE Newcastle ditutup menguat tipis ke posisi US$ 371,10 per ton. Namun harganya tercatat melandai 0,24% dalam sepekan secara point-to-point.
Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif batu bara yang dari posisi puncak bulan ini telah turun 7,67%, akan tetapi sejak awal tahun telah melesat 145%.
Melandainya harga batu bara disebabkan oleh lebih hangatnya suhu di Eropa menjelang Hari Raya Natal serta melonjaknya kasus Covid-19 di China. Namun, masih tingginya permintaan dari Jerman mencegah harga batu bara untuk turun terlalu tajam.
Dilansir dari Bloomberg, suhu di sebagian besar Eropa akan bersahabat mulai akhir pekan ini hingga awal Januari.
Menghangatnya suhu di Eropa memupus harapan masyarakat untuk melihat fenomena White Christmas pada tahun ini. Sisi positifnya adalah permintaan listrik tidak akan melonjak sehingga tekanan terhadap harga energi berkurang.
Produksi listrik dari reaktor nuklir di Prancis juga diproyeksi akan meningkat dari 50% pada November 2022 menjadi 68%.
Pasokan gas di Eropa memang melandai ke kisaran 83% tetapi dengan melemahnya permintaan listrik serta meningkatnya produksi listrik dari reactor nuklir Prancis maka kekhawatiran akan pasokan energi memudar.
Meningkatnya kasus Covid-19 di China juga membuat harga batu bara melandai. China melaporkan tambahan kasus sebanyak 2.722 pada Selasa (20/12/2022), dengan kematian akibat Covid juga terus meningkat yang membuat pelaku pasar khawatir.
Melonjaknya kasus Covid juga membuat sejumlah pabrik berhenti beroperasi sehingga menurunkan permintaan listrik dan batu bara. Kenaikan kasus juga membuat permintaan batu bara dari industri baja anjlok hingga setengahnya.
Melandainya harga batu bara sedikit tertolong oleh masih tingginya permintaan dari Jerman.
Jerman pada Kamis (22/12/2022) mengumumkan akan memperpanjang operasional pembangkit listrik batu bara Uniper setidaknya hingga Maret 2024.
Keputusan ini dipertanyakan mengingat Jerman sudah berkomitmen untuk berhenti dari candu batu bara. Pembangkit batu bara kini menyumbang sepertiga dari total listrik Jerman.
Beberapa perusahaan Jerman juga kembali ke batu bara untuk kebutuhan listrik pabrik mereka, seperti Steag GmbH. Pada Desember, tingkat polusi dari pembangkit listrik di Jerman bahkan setara dengan Afrika Selatan dan India.
"Semua orang menjaga target emisi tetapi harus diakui saat Anda dihadapkan pada dilemma apakah harus tetap menyalakan lampu atau mengurangi emosi karbon, pilihan yang diambil tetap menyalakan lampu," tutur Carlos Fernandez Alvarez, kepala divisi gas dan batu bara serta listrik di International Energy Agency (EIA).
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Batu Bara Ngamuk Usai Terkapar Dua Hari, Tembus US$ 415/Ton
(fsd)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMiZWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIyMTIyNTEwNDU1MC0xNy0zOTk4NzEvamVybWFuLW1lbWJ1YXQtYm9zLWJhdHUtYmFyYS10ZXRhcC1rYXlh0gFpaHR0cHM6Ly93d3cuY25iY2luZG9uZXNpYS5jb20vbWFya2V0LzIwMjIxMjI1MTA0NTUwLTE3LTM5OTg3MS9qZXJtYW4tbWVtYnVhdC1ib3MtYmF0dS1iYXJhLXRldGFwLWtheWEvYW1w?oc=5
2022-12-25 04:22:31Z
1707844562
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jerman Membuat Bos Batu Bara Tetap Kaya - CNBC Indonesia"
Post a Comment