Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyoroti perihal perdebatan terkait pengaturan devisa hasil ekspor (DHE) agar betah lebih lama di dalam negeri. Pemerintah segera merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2019 untuk menjembatani hal ini.
Perdebatan ini, kata dia, menitik beratkan masih lemahnya perbankan domestik di Indonesia untuk membiayai proyek-proyek pembangunan di dalam negeri, misalnya untuk pembiayaan di sektor hilirisasi industri. Akibatnya, perbankan asing yang mayoritas membiayai sektor itu dengan dana-dana yang mereka miliki.
"Itu perdebatannya aku jujur saja sama kalian, perdebatannya ada. Kita ini mau DHE kita tinggi tapi perbankan kita enggak mau membiayai secara maksimal ke industri. Contohnya hilirisasi," kata Bahlil saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Menurut Bahlil, hilirisasi industri sebagian besar berasal dari pembiayaan bank-bank asing karena nilai ekuitasnya hanya membutuhkan porsi sebesar 10% dengan bunga yang kecil. Sementara itu, untuk perbankan domestik membutuhkan nilai ekuitas sebesar 30-40% sebelum mau membiayai proyek hilirisasinya.
"Bank di Republik Indonesia mau membiayai hiliriasi itu susahnya minta ampun. Bahkan mohon maaf equity-nya harus minimal 30-40%, dari mana uang sebanyak itu? bunganya besar pula," tutur Bahlil.
Dengan demikian, Bahlil mengatakan, wajar saja ketika perusahaan tersebut memilih bank-bank asing untuk menaruh dolarnya. Maka, ketika perudahaannya sudah berproduksi dan mulai melakukan ekspor, mereka mulai membayarkan kewajibannya ke perbankan di asing di luar negeri.
"Jadi wajar saja begitu orang ekspor dia harus menyelesaikan kewajibannya cicilan pokok tambah bunga atau mungkin dia membangun deal oke gue kasih lu pinjam duit, tapi hasil penjual you, you taruh di bank gue ya," ujarnya.
Oleh sebab itu, Bahlil menekankan, supaya devisa hasil ekspornya tidak melulu lari ke luar negeri, perbankan domestik harus mau membiayai berbagai proyek yang menjadi fokus investasi mereka. Apalagi, ia melanjutkan, keuntungan dari hasil investasi di sektor hiliriasi tidak lama, hanya 5-6 tahun.
"Bagi pengusaha dia akan merasa bahwa mungkin ini akan menjadi bagian yang kompromistis, sekalipun negara dirugikan. Nah bagaimana agar negara tidak dirugikan bank-bank di republik ini harus membiayai," tutur Bahlil.
"Dan itukan 5-6 tahun break event point kok, dari pada dia pakai untuk standby long untuk konsumsi. Jadi saya berpikir selalu pemikiran tengah, mana untuk kebaikan kita, negara, kita dukung. Tapi kalau memang negara kita dalan konteks swasta yang harus kita luruskan kita luruskan bersama untuk kebaikan," kata Bahlil.
Dengan demikian, Bahlil menekankan, selain regulasi mengenai berapa lama DHE harus mengendapi di perbankan dalam negeri, yang menjadi penting supaya dolar hasil ekspor ini betah di Tanah Air adalah perbankan domestik juga gencar membiayai industri-industri yang ada di Indonesia.
"Jadi selain regulasi yang mau kita tanamkan untuk tetap harus parkir dulu di sini tentang nilai tukar dolarnya juga harus dijaga itulah perbankan nasional kita harus membiayai industri-industri ini," kata Bahlil.
"Ini di luar komoditas mentah ya seperti batu bara, itu soal lain, kalau itu memang wajib orang barang-barang kita dia kreditnya juga enggak banyak-banyak. Tapi kalau yang dari hilirisasi saya kira itu akan jadi tantangan besar," tegasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Lucu! RI Raja Timah ke-2 Dunia, Harga Ditentukan Negara Lain
(haa/haa)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyMzAxMjQxOTU0MTQtNC00MDc5MzQvYmFobGlsLWJvbmdrYXItcGVtaWN1LWVrc3BvcnRpci1iYXdhLWthYnVyLWRvbGFyLWtlLWxu0gF1aHR0cHM6Ly93d3cuY25iY2luZG9uZXNpYS5jb20vbmV3cy8yMDIzMDEyNDE5NTQxNC00LTQwNzkzNC9iYWhsaWwtYm9uZ2thci1wZW1pY3UtZWtzcG9ydGlyLWJhd2Eta2FidXItZG9sYXIta2UtbG4vYW1w?oc=5
2023-01-25 00:49:53Z
1747857799
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bahlil Bongkar Pemicu Eksportir Bawa Kabur Dolar ke LN - CNBC Indonesia"
Post a Comment