Jakarta, CNBC Indonesia - Jerome Powell, Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) menegaskan komitmennya untuk terus menaikkan suku bunga acuannya. Hal ini tetap dilakukan meski warga AS tidak menyukainya.
Seperti diketahui sepanjang 2022, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 425 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%, menjadi yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Kenaikan tersebut juga menjadi yang paling agresif sejak tahun 1980an.
Langkah agresif tersebut tentunya membuat biaya yang ditanggung warga AS membengkak akibat kenaikan suku bunga kredit.
Powell pun sudah menyadari kebijakan yang diambil tersebut tidak populer, tetapi demi menurunkan inflasi yang menyentuh level tertinggi 40 tahun suku bunga tinggi harus diterapkan.
"Memulihkan stabilitas harga saat inflasi tinggi membutuhkan upaya yang mungkin tidak populer dalam waktu dekat karena bisa memperlambat ekonomi," imbuhnya tutur Powell, dalam pidatonya di Riskbank Conference Selasa kemarin dikutip dari CNBC International.
Dalam Fed Dot Plot edisi Desember 2022 bank sentral paling powerful di dunia ini mengindikasikan akan menaikkan suku bunga dua kali lagi, 50 basis poin pada Februari dan 25 basis poin sebulan berselang hingga menjadi 5% - 5,25%.
Itu kan menjadi level puncak suku bunga di Amerika Serikat, tersirat dari Fed dot plot yang dirilis Desember lalu.
The Fed juga menyatakan suku bunga tidak akan diturunkan hingga 2024. Resesi pun membayangi Amerika Serikat.
Ketika biaya hidup mencekik akibat inflasi dan suku bunga kredit yang tinggi, kini ada risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat resesi. Tentunya warga Amerika Serikat tidak menyukai apa yang dilakukan The Fed.
Namun, ibarat obat yang pahit tapi menyembuhkan, suku bunga tinggi pun begitu. Pahit di awal, tetapi ketika inflasi sudah turun maka perekonomian ke depannya akan membaik, dan suku bunga bisa diturunkan lagi.
Hal itu tentunya lebih bagus ketimbang inflasi tinggi yang mendarah daging, masyarakat akan menderita akibat kenaikan harga dalam waktu yang panjang.
"Stabilitas harga adalah bantalan utama bagi ekonomi yang sehat dan memungkinkan masyarakat mendapatkan keuntungan yang tak terhitung dari waktu ke waktu," kata Powell.
Tidak hanya warga Amerika Serikat, para politisi juga ikut "menyerang" The Fed. Tidak hanya soal resesi, tetapi juga perubahan iklim.
Sebelumnya politisi Partai Demokrat di AS menyerukan agar The Fed mengambil peran lebih aktif dalam mengambil kebijakan yang terkait perubahan iklim.
"The Fed bukan, dan tidak akan menjadi 'pembuat kebijakan iklim'," tegas Powell.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Powell Buat Ekonomi AS 'Sakit' Demi Jinakkan Inflasi
(pap/pap)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMieGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIzMDExMTA5NDc0Ny0xNy00MDQ1NTYvZGliZW5jaS13YXJnYS1hcy1kaXNlcmFuZy1wb2xpdGlzaS1tYWFmLXRoZS1mZWQtdGFrLXBlZHVsadIBfGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIzMDExMTA5NDc0Ny0xNy00MDQ1NTYvZGliZW5jaS13YXJnYS1hcy1kaXNlcmFuZy1wb2xpdGlzaS1tYWFmLXRoZS1mZWQtdGFrLXBlZHVsaS9hbXA?oc=5
2023-01-11 04:35:13Z
1735825133
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dibenci Warga AS & Diserang Politisi, Maaf The Fed Tak Peduli - CNBC Indonesia"
Post a Comment