Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia kontraksi -2,75% pada kuartal II-2023. Situasi ini menjadi penanda berakhirnya pesta durian runtuh atau lonjakan harga komoditas internasional.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud mengatakan terakhir kali ekspor mengalami kontraksi pada kuartal IV-2020 saat pandemi COVID-19. Saat itu ekspor Indonesia terkontraksi 1,57%.
"Selama 2021 dan 2022 Indonesia mendapatkan windfall kenaikan price commodity utama ekspor di pasar global sehingga selalu tumbuh positif secara year on year. Pada triwulan I-2023 masih tumbuh positif dan pada triwulan ini baru terkontraksi," kata Edy dalam konferensi pers, Senin (7/8/2023).
Ekspor barang mengalami kontraksi pada komoditas utama nonmigas seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, besi dan baja, serta nikel. Lalu ada penurunan pada gas alam, hasil minyak dan minyak mentah.
Dalam periode April-Juni 2023, harga komoditas utama yang menjadi andalan Indonesia juga mengalami penurunan signifikan.
"Penurunan tren komoditas di pasar global berpengaruh terhadap penurunan nilai ekspor beberapa komoditas ekspor kita dari sisi nilai batu bara, CPO, besi baja pada kuartal II ini lebih rendah dibandingkan kuartal I-2023 dan 2022," ucap Edy.
Di sisi lain, ekspor jasa tumbuh 43,14% (yoy) seiring peningkatan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) dan devisa yang masuk dari luar negeri. "Wisman pada kuartal II-2023 terjadi peningkatan yang cukup signifikan secara jumlah," tambahnya.
Tak hanya ekspor, tetapi impor Indonesia juga mengalami kontraksi 3,08% pada kuartal II-2023. "Jadi ada kontraksi untuk dua-duanya dari komponen perdagangan luar negeri kita, baik dari sisi ekspor maupun impor," tuturnya.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi 5,17% pada triwulan II-2023 didorong oleh komponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,23% (yoy), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 4,63% (yoy), konsumsi pemerintah tumbuh 10,62%, dan konsumsi lembaga non profit yang tumbuh 8,62% (yoy).
Sri Mulyani Perkirakan 'Durian Runtuh' Tak Terulang
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah memperkirakan bahwa kinerja ekspor Indonesia di 2023 akan menurun. Hal ini dikarenakan adanya ketidakpastian global.
"Apakah (ekspor) akan tinggi seperti kemarin, dapat pertumbuhan ekspor di atas 2-30%, itu akan kembali normal," katanya dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023 di Hotel Ritz Carlton Jakarta, Rabu (21/12/2022).
Sri Mulyani menyebut lonjakan harga komoditas Internasional yang terjadi dan menimpa Indonesia bak 'durian runtuh' tidak akan terulang di 2023. Selain melonjaknya pertumbuhan ekspor, kondisi itu membuat Indonesia diuntungkan dengan penerimaan pajak dan bea keluar yang meningkat.
"Tahun ini windfall profit yang berasal dari komoditas sangat tinggi. Ini mungkin tidak akan berulang atau tidak akan setinggi ini untuk tahun depan," ujarnya dalam konferensi pers usai sidang kabinet paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (8/8/2022).
(aid/das)https://news.google.com/rss/articles/CBMieWh0dHBzOi8vZmluYW5jZS5kZXRpay5jb20vYmVyaXRhLWVrb25vbWktYmlzbmlzL2QtNjg2MzE3Ni9la3Nwb3ItcmktbWludXMtcGVzdGEtZHVyaWFuLXJ1bnR1aC1oYXJnYS1rb21vZGl0YXMtcmVzbWktaGFiaXPSAX1odHRwczovL2ZpbmFuY2UuZGV0aWsuY29tL2Jlcml0YS1la29ub21pLWJpc25pcy9kLTY4NjMxNzYvZWtzcG9yLXJpLW1pbnVzLXBlc3RhLWR1cmlhbi1ydW50dWgtaGFyZ2Eta29tb2RpdGFzLXJlc21pLWhhYmlzL2FtcA?oc=5
2023-08-07 08:08:43Z
2302133104
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ekspor RI Minus, Pesta 'Durian Runtuh' Harga Komoditas Resmi Habis - detikFinance"
Post a Comment