Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah pasar yang masih menunggu rilisnya beberapa data ekonomi dari China dan AS.
Dilansir dari Refinitiv, Rupiah dibuka melemah 0,23% terhadap dolar AS ke Rp15.215/US$1. Hal ini melanjutkan tren pelemahan Rupiah yang kemarin ditutup melemah 0,10% ke Rp15.180/US$1.
Rupiah kembali mengalami pelemahan di tengah pasar yang masih menunggu rilisnya data ekonomi dari China dan AS.
Pagi ini China akan merilis data neraca dagang yang diperkirakan mengalami penurunan tipis ke US$ 70,6 miliar untuk periode Juli, dibandingkan bulan sebelumnya di US$ 70,62 miliar. Sedangkan ekspor dan impor juga diperkirakan masih akan melemah masing-masing sebesar -12,5% dan -6,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Negeri Paman Sam juga akan merilis neraca dagang dan ekspor-impor, tetapi pada pekan ini data inflasi menjadi fokus penting setiap pelaku pasar. Pasalnya inflasi masih menjadi isu utama yang menyebabkan sikap Bank Sentral AS (The Fed) masih hawkish.
Untuk diketahui bahwa ekspor-impor China maupun AS akan berpengaruh pada aktivitas perdagangan RI dan tentu saja berhubungan dengan capital flow, alhasil pasar keuangan bisa tergoncang lagi.
Berbanding terbalik dengan data eksternal, dari dalam negeri, Indonesia perlu berbangga sebab kemarin Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 atau April-Juni tumbuh 5,17% (year on year/yoy) dan 3,86% (quarter on quarter/qoq). Pertumbuhan tersebut adalah yang tertinggi sejak kuartal III-2022 atau tiga kuartal terakhir.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan konsensus polling CNBC Indonesia ataupun April-Juni 2022. Beberapa waktu lalu, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,98% (yoy) dan 3,74% dibandingkan kuartal sebelumnya (qoq).
Selain itu, cadangan devisa (cadev) Indonesia pun mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2023 tercatat sebesar US$ 137,7 miliar, meningkat US$ 200 juta dibandingkan dengan posisi pada akhir Juni 2023 sebesar US$ 137,5 miliar. Hal ini dapat menjadi angin segar bagi Rupiah agar dapat menguat ke depannya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Rupiah Menguat ke Rp 14.750/USD, Efek Investor "Buang" Dolar?
(rev/rev)
https://news.google.com/rss/articles/CBMib2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIzMDgwODA5MDc1Mi0xNy00NjEwMjIvbWVudW5nZ3UtcGVuZ3VtdW1hbi1hcy1jaGluYS1ydXBpYWgta2VtYmFsaS1yYXB1aNIBc2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIzMDgwODA5MDc1Mi0xNy00NjEwMjIvbWVudW5nZ3UtcGVuZ3VtdW1hbi1hcy1jaGluYS1ydXBpYWgta2VtYmFsaS1yYXB1aC9hbXA?oc=5
2023-08-08 03:00:11Z
2305810063
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menunggu Pengumuman AS & China, Rupiah Kembali Rapuh - CNBC Indonesia"
Post a Comment