Search

Walau World War 3 di Depan Mata, IHSG Bisa Ditutup Menguat - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) mengawali perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (3/1/2020), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,36% ke level 6.306,19. Pada penutupan perdagangan, apresiasi indeks saham acuan di Indonesia tersebut telah bertambah lebar menjadi 0,64% ke level 6.323,47.

Dengan apresiasi pada hari ini, maka IHSG resmi memutus rantai pelemahan yang sudah terjadi selama dua hari beruntun.


Walaupun IHSG menguat, patut dicatat bahwa perdagangan di pasar saham tanah air pada hari ini berlangsung dengan sangat sepi. Melansir data RTI, volume transaksi pada hari ini hanyalah sebanyak 8,04 miliar unit saham.

Padahal menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), rata-rata volume transaksi harian di sepanjang tahun 2019 mencapai 14,54 miliar unit saham.


Secara nilainya, jumlah dana yang berputar di pasar saham Indonesia pada hari ini hanyalah Rp 5,74 triliun, jauh di bawah rata-rata nilai transaksi harian di sepanjang tahun 2019 yang mencapai Rp 9,11 triliun.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG pada hari ini di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,64%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,79%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+2,39%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+4,94%), dan PT Astra International Tbk/ASII (+1,09%).

Kinerja IHSG pada hari ini berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru bergerak di zona merah: indeks Shanghai turun 0,05%, indeks Hang Seng melemah 0,32%, dan indeks Straits Times terkoreksi 0,5%. Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham Jepang diliburkan pada hari ini.

Bursa saham Benua Kuning melemah selepas pasar saham AS alias Wall Street mencetak rekor pada perdagangan kemarin, Kamis (2/1/2019). Pada penutupan perdagangan kemarin, indeks Dow Jones naik 1,16%, indeks S&P 500 menguat 0,84%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 1,33%. Ketiga indeks saham acuan di AS tersebut ditutup di level tertinggi sepanjang masa.

Wall Street masih menunjukkan performa yang kuat pasca sudah meroket di tahun 2019. Di sepanjang tahun lalu, indeks Dow Jones naik 22,3%, indeks S&P 500 menguat 28,9%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi lebih dari 35%.

Tingginya ekspektasi bahwa AS dan China akan segera meneken kesepakatan dagang tahap satu menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham AS. Menjelang tahun baru kemarin, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa kesepakatan dagang tahap satu dengan China akan diteken di Gedung Putih pada tanggal 15 Januari.

Hal tersebut diumumkan oleh Trump melalui akun Twitter pribadinya, @realDonaldTrump. Menurut Trump, pejabat tingkat tinggi dari China akan menghadiri penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu. Kemudian, Trump juga mengungkapkan bahwa nantinya dirinya akan bertandang ke Beijing guna memulai negosiasi terkait kesepakatan dagang tahap dua.

Seperti yang diketahui, sebelumnya AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu. Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada tanggal 15 Desember.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu AS-China juga mengatur mengenai komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.

Jika kesepakatan dagang tahap satu benar diteken nantinya, laju perekonomian AS dan China di tahun-tahun mendatang bisa terus dipertahankan di level yang relatif tinggi.

Mengingat posisi AS dan China sebagai dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi, tentu prospek ditekennya kesepakatan dagang yang semakin nyata menjadi kabar yang baik bagi perekonomian dunia.

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMid2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDEwMzE2MjExOS0xNy0xMjc1MDQvd2FsYXUtd29ybGQtd2FyLTMtZGktZGVwYW4tbWF0YS1paHNnLWJpc2EtZGl0dXR1cC1tZW5ndWF00gEA?oc=5

2020-01-03 09:42:21Z
52781975038769

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Walau World War 3 di Depan Mata, IHSG Bisa Ditutup Menguat - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.