Search

Perang Harga Minyak & Adu Kuat Arab vs Rusia, Siapa Menang? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak anjlok dalam setelah OPEC+ gagal mencapai kata sepakat terkait usulan pemangkasan produksi minyak lebih dalam pekan lalu. Harga minyak makin anjlok kala Arab menabuh genderang perang harga dengan Rusia.

Harga minyak mentah anjlok 30% dalam sehari dan merupakan yang paling besar sejak 1991. Harga minyak mentah kontrak berjangka saat ini berada di level terendah sejak pekan terakhir bulan Februari 2016.


Wabah corona yang kini menjangkiti lebih dari 100 negara di dunia dan menginfeksi lebih dari 105.000 orang membuat permintaan minyak turun. Agensi Energi Internasional (IEA) meramal permintaan minyak bisa turun lebih dari 800.000 barel per hari (bpd).

Permintaan minyak diperkirakan anjlok karena sektor transportasi yang tertekan menyusul imbauan dan larangan bepergian ke berbagai daerah terutama daerah-daerah yang terjangkit COVID-19.


S&P Global memperkirakan potensi hilangnya pendapatan industri maskapai global karena wabah ditaksir sekitar US$ 113 miliar. Kondisi ini membuat harga minyak mentah anjlok. Arab Saudi sebagai pemimpin OPEC mengusulkan untuk memangkas produksi minyak lebih dalam mulai Maret hingga akhir tahun 2020 untuk menstabilkan harga minyak yang bergejolak.

Arab Saudi mengusulkan pemangkasan produksi sebesar 1,5 juta bpd hingga akhir tahun, dengan OPEC akan berkontribusi sebesar 1 juta bpd dan non-OPEC yang dipimpin Rusia diminta berkontribusi terhadap pemangkasan produksi sebesar 500.000 bpd.

Namun diskusi berjalan alot dan akhirnya buntu. Rusia keberatan dan menolak usulan tersebut. Aliansi OPEC+ yang sudah terbangun dalam kurun waktu tiga tahun ini terancam pecah kongsi.


Rusia merasa muak dengan pemangkasan produksi minyak yang terus berlanjut sementara produksi minyak AS terutama 'shale oil' yang terus mengalami kenaikan.

"Hasil akhir dari periode pemangkasan produksi minyak OPEC+ yang terus diperpanjang, pada akhirnya cepat diganti oleh pasokan minyak dari Amerika [US Shale Oil]" kata Mikhail Leontief, seorang Sekretaris Pers Rosneft yang merupakan perusahaan migas terbesar di Rusia, mengutip Financial Times.

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMDMwOTE0MTQ0MC0xNy0xNDM0NTUvcGVyYW5nLWhhcmdhLW1pbnlhay1hZHUta3VhdC1hcmFiLXZzLXJ1c2lhLXNpYXBhLW1lbmFuZ9IBAA?oc=5

2020-03-09 08:34:07Z
52782075965060

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Perang Harga Minyak & Adu Kuat Arab vs Rusia, Siapa Menang? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.