Search

Begini Kisah Utang BUMN yang Bengkak & Risiko Pandemi Corona - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) kembali merilis data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI). Mengacu pada data tersebut, Utang Luar Negeri (ULN) BUMN walau porsinya hanya seperempat dari total swasta tetapi kenaikannya sangat pesat.

Posisi ULN BUMN pada Februari 2020 mencapai US$ 55,4 miliar atau dengan kurs referensi BI (JISDOR) hari ini (Rp 15.707/US$) nilainya mencapai 870,2 triliun. Angka ini setara dengan ~5,4% Produk Domestik Bruto (PDB) RI pada 2019 dan setara dengan 48,4% APBN-P 2020.

ULN BUMN pada Februari 2020 cenderung mengalami kenaikan 17,1% secara year on year (yoy). Kenaikan ini masih sama dengan kenaikan yang terjadi pada bulan Januari 2020. Porsi ULN BUMN terhadap total ULN swasta Tanah Air mencapai 27,1% pada Februari lalu.


Sebanyak 78,3% ULN disumbang oleh BUMN non-lembaga keuangan diikuti dengan BUMN Bank sebesar 14,6% dan sisanya merupakan ULN BUMN Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).

ULN BUMN Bank pada Februari 2020 tercatat naik 16,6% (yoy). Kenaikan ini lebih tinggi dibanding bulan Januari yang hanya 10,2% (yoy). Berbeda dengan BUMN Bank, ULN BUMN untuk LKBB dan BUMN non-keuangan cenderung melambat lajunya.

Namun jika dibandingkan dengan industrinya, pertumbuhan ULN BUMN dalam negeri tergolong sangat pesat. Mari tengok industri perbankan terlebih dahulu.

Ketika pertumbuhan ULN perbankan nasional hanya 2,16% (yoy) pada Februari, ULN Bank BUMN meningkat dobel digit pada periode yang sama.

Hal serupa juga terjadi pada BUMN non-keuangan. Ketika industrinya mencatatkan pertumbuhan ULN sebesar 6,86% (yoy) pada Februari, BUMN non-keuangan justru mencatatkan pertumbuhan ULN mencapai 18,8% (yoy)

Sementara itu hanya BUMN dari segmen LKBB saja yang pertumbuhan ULN-nya di bawah laju industrinya. ULN BUMN LKBB tercatat tumbuh 2,2% (yoy) kala industrinya tumbuh 4,4% (ypy).

Pertumbuhan yang pesat dan membengkaknya utang harus benar-benar diwaspadai oleh BUMN. Apalagi di tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini. Bengkaknya ULN apalagi ketika rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS, jelas ini menimbulkan risiko yang berdampak negatif pada kinerja keuangan perseroan.

Pandemi corona yang sudah masuk ke dalam negeri kini sudah menginfeksi lebih dari 4.500 orang. Lonjakan jumlah kasus baru per hari sudah mencapai angka 300 lebih. Beberapa daerah episentrum penyebaran virus seperti Jabodetabek sudah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk dua minggu ke depan

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyMDA0MTUxMjM2MjUtNC0xNTIwODkvYmVnaW5pLWtpc2FoLXV0YW5nLWJ1bW4teWFuZy1iZW5na2FrLXJpc2lrby1wYW5kZW1pLWNvcm9uYdIBAA?oc=5

2020-04-15 06:46:52Z
52782134235478

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Begini Kisah Utang BUMN yang Bengkak & Risiko Pandemi Corona - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.