Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,23% ke 5.944,409 pada perdagangan Selasa lalu (8/12). Meski masih melanjutkan reli, tetapi investor asing melakukan aksi jual bersih nyaris Rp 700 miliar di pasar reguler, dengan nilai transaksi lebih dari Rp 18 triliun.
Sentimen positif datang dari Bank Indonesia (BI) yang melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode November 2020 sebesar 92. Naik tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 79.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik start. Jika masih di bawah 100, maka artinya konsumen belum optimistis dalam memandang situasi ekonomi saat ini dan beberapa bulan ke depan. Jadi sampai bulan lalu, konsumen Tanah Air belum percaya diri, tetapi sudah jauh membaik ketimbang bulan Oktober.
Sementara itu pada perdagangan hari ini, Kamis (10/12/2020) IHSG berisiko melemah melihat bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street merosot pada perdagangan Rabu waktu setempat. Sebanyak, perundingan stimulus fiskal yang masih mandeg.
Selain itu, pelaku pasar juga mengamati perkembangan perundingan Brexit yang mendekati masa akhir transisi pada 31 Desember nanti. Jika sampai batas akhir masa transisi belum juga ada kesepakatan, maka akan terjadi hard Brexit, yang bisa membuat perekonomian Inggris dan Eropa terpukul.
Secara teknikal, IHSG momentum penguatan IHSG cukup besar awal pekan kemarin hingga berhasil melewati level 5.900 kemarin.
Awal munculnya momentum penguatan IHSG dimulai Kamis (5/11/2020) saat muncul White Marubozu dalam grafik candle stick harian.
Saat itu IHSG membuka perdagangan di level 5.161,39, yang sekaligus menjadi level terendah harian, dan mengakhiri perdagangan di level 5.260,326, sekaligus menjadi level tertinggi harian.
Level open sama dengan low, dan close sama dengan high itu yang disebut sebagai White Marubozu.
Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv |
White Marubozu merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali menguat. Terbukti setelahnya IHSG terus menguat.
Kabar baiknya, pada Senin (23/11/2020) dan Kamis (26/11/2020) IHSG kembali membentuk pola White Marubozu, sehingga ada potensi reli akan kembali berlanjut, dan tidak menutup kemungkinan kembali ke level 6.000 sebelum akhir tahun.
IHSG juga bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), yang menambah momentum penguatan.
Namun, pada perdagangan Selasa (8/12/2020) muncul pola Doji, yang menjadi indikasi pelaku pasar ragu menentukan arah.
Indikator stochastic pada grafik kembali masuk wilayah jenuh beli (overbought). Artinya kembali muncul tekanan turun.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv |
Stochastic pada grafik 1 jam juga berada di wilayah overbought sehingga menimbulkan risiko koreksi.
Resisten terdekat berada di level 5.945 - 5.960, jika mampu ditembus IHSG berpeluang menguat menguji level 6.000.
Sementara selama tertahan di bawah resisten, IHSG berisiko turun ke 5.890. Jika dilewati, target penurunan selanjutnya di 5.865 hingga 5.850.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(pap/pap)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMic2h0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMTIxMDA4MTU0NS0xNy0yMDc5OTkvdGVyY2l1bS1oYXdhLW5lZ2F0aWYtZGFyaS1la3N0ZXJuYWwtYXdhcy1paHNnLXR1bWJhbmfSAQA?oc=5
2020-12-10 01:31:24Z
52782516462449
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tercium Hawa Negatif dari Eksternal, Awas IHSG Tumbang! - CNBC Indonesia"
Post a Comment