Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah merosot 1,3% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu ke Rp 15.630/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak April 2020. Rupiah juga membukukan pelemahan selama 6 pekan beruntun.
Sepanjang tahun ini Mata Uang Garuda sudah tercatat melemah lebih dari 9%. Pada perdagangan Senin (24/10/2022) rupiah berpeluang menguat melihat indeks dolar AS yang merosot 0,77% ke 112,012 pada perdagangan Jumat.
Kemerosotan indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut terjadi setelah setelah Wall Street Journal (WSJ) melaporkan beberapa pejabat The Fed mulai mengisyaratkan keinginan mereka untuk memperlambat laju kenaikan segera.
"Artikel Wall Street Journal yang menyebutkan laju kenaikan suku bunga sedang dipertimbangkan oleh para pelaku pasar," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, dikutip dari Reuters.
Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly mengatakan bahwa The Fed harus menghindari menempatkan ekonomi AS ke dalam "penurunan paksa" dengan pengetatan yang berlebihan. Ia menambahkan bahwa The Fed mendekati titik di mana laju kenaikan suku bunga harus diperlambat.
Meski demikian, bukan berarti rupiah bisa melenggang mulus di pekan ini. Justru ada risiko besar kembali tertekan.
Dari Eropa, bank sentralnya (European Central Bank/ECB) akan mengumumkan kebijakanya, dan suku bunga diperkirakan akan dinaikkan sebesar 75 basis poin menjadi 2%. Lagi-lagi, dengan kenaikan suku bunga yang agresif, risiko resesi menghantui.
Kemudian data pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) China diperkirakan akan dirilis pada Rabu (26/10/2022) setelah ditunda pekan lalu.
Tidak ada penjelasan dari Biro Statistik Nasional China (NBS) kenapa dilakukan penundaan dan sampai kapan. Yang pasti, penundaan tersebut terjadi saat Kongres Partai Komunis China berlangsung.
Penundaan tanpa alasan tersebut membuat investor was-was, sebab perekonomian China sedang diliputi 'kegelapan'.
"Ini (penundaan rilis PDB) akan menyebabkan ketidakpastian dan kehati-hatian investor, sebab tidak ada penjelasan terkait penundaan tersebut," kata Ken Cheung, kepala analis valuta asing di Mizuho Bank, sebagaimana dilansir Japan Times, Senin (17/10/2022).
Perekonomian China diperkirakan akan mencatat kinerja terburuk dalam hampir 5 dekade terakhir. Penyebabnya, datang dari dalam dan luar negeri.
Survei terbaru dari Reuters yang melibatkan 40 ekonom menunjukkan perekonomian China diperkirakan tumbuh 3,2% di 2022, jauh di bawah target pemerintah 5,5%.
Jika tidak memperhitungkan tahun 2020, ketika dunia dilanda pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19), maka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tersebut menjadi yang terendah sejak 1976. Pada 2020 lalu, PDB China tumbuh 2,2% saja, tetapi hal yang sama juga melanda dunia.
Pelambatan ekonomi China bisa berdampak buruk bagi Indonesia. Sebab Negeri Tiongkok merupakan mitra dagang strategis, jika dilihat sejak tahun 2000, pergerakan PDB Indonesia cenderung mirip China.
Kemudian dari Amerika Serikat akan merilis data PDB kuartal II-2022. Hasil survei Reuters menunjukkan PDB diperkirakan tumbuh 2,1% setelah mengalami kontraksi dalam dua kuartal beruntun.
Artinya, secara teknis Amerika Serikat akan lepas dari resesi. Tetapi tidak serta merta pasar akan menyambut baik hal tersebut, sebab ada risiko Negeri Paman Sam akan mengalami double dip recession. Resesi di awal tahun ini memang ringan, bahkan mungkin belum terasa sebab pasar tenaga kerja AS masih sangat kuat, tetapi yang parah akan datang.
Survei terbaru yang dilakukan Wall Street Journal terhadap para ekonom menunjukkan sebanyak 63% memprediksi Amerika Serikat akan mengalami resesi 12 bulan ke depan. Persentase tersebut naik dari survei bulan Juli sebesar 49%.
Double dip recession pernah dialami Amerika Serikat (AS) pada 1980an. Resesi pertama terjadi pada kuartal I sampai III-1980, kemudian yang kedua pada kuartal III-1981 dan berlangsung hingga kuartal IV-1982.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Analisis Teknikal
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIyMTAyNDA2MDkyMi0xNy0zODE5MzIvY2hpbmEtZGFuLWFtZXJpa2EtZ2VsYXAtcnVwaWFoLWJha2FsLXRlbWJ1cy1ycC0xNTgwMC11cy3SAQA?oc=5
2022-10-23 23:50:13Z
1616409251
Bagikan Berita Ini
0 Response to "China dan Amerika "Gelap", Rupiah Bakal Tembus Rp 15.800/US$? - CNBC Indonesia"
Post a Comment