Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah melesat kencang hingga 9,44% pada perdagangan bulan November dan hingga pada perdagangan bulan Desember sudah berhasil melesat 5,92%.
Akan tetapi kenaikan IHSG akhir-akhir ini mulai tersendat yang ditunjukkan pada empat hari perdagangan terakhir dimana meskipun IHSG berhasil menghijau 3 kali, pada empat hari tersebut IHSG sempat anjlok ke zona merah sebanyak 3 kali.
Melesatnya IHSG dengan kencang membuat para pelaku pasar mulai galau untuk masih menunggu atau mulai melakukan aksi ambil untung. Bagaimana sebenarnya valuasi saham-saham yang melantai di BEI, apakah memang sudah mahal dibandingkan dengan indeks-indeks besar di Asia lain, atau malah masih tergolong murah?
Simak tabel berikut!
Dilansir dari Refinitiv, ternyata saham-saham perusahaan yang melantai di BEI tergolong sudah mahal, bahkan menjadi yang termahal kedua di antara bursa-bursa besar di kawasan Asia lain apabila menggunakan metode valuasi Price Earning Ratio (PE Ratio).
Rasio PE sendiri merupakan rasio laba bersih perusahaan dibandingkan dengan harga pasar saham perusahaan tersebut sehingga apabila PE semakin besar maka valuasi saham tersebut dinilai semakin mahal.
Tercatat indeks acuan dengan konstituen saham dengan valuasi paling mahal jatuh kepada Indeks acuan Nikkei 225 dari Jepang. Indeks acuan Negara Matahari Terbit tersebut memiliki PE rasio sebesar 26,49 kali.
Sedangkan indeks acuan Tanah Air, IHSG sendiri menjadi yang kedua termahal di kalangan bursa besar kawasan Benua Kuning. Tercatat indeks acuan tanah air tersebut memiliki PER sebesar 18,31 kali.
Bahkan tercatat indeks acuan lain di Indonesia yakni LQ45 yang merupakan indeks dengan konstituen saham-saham dengan perdagangan yang tergolong likuid dan prospek usaha yang mumpuni memiliki valuasi PER yang lebih mahal daripada IHSG. Tercatat valuasi PER LQ45 berada di angka 18,72 kali.
Untuk indeks acuan dengan valuasi paling murah saat ini jatuh kepada indeks acuan Singapura yakni indeks STI dengan PER hanya sebesar 11,71 kali. Maka dari itu tidak heran apabila arus masuk uang di bursa Singapura akhir-akhir ini jauh lebih besar daripada di bursa lokal.
Tercatat sebulan terakhir investor institusi Negeri Singa memborong hingga SGD 1,55 miliar atau setara dengan Rp 16,36 triliun (Kurs Rp 10.555/SGD) saham di bursa STI, bandingkan dengan kondisi bursa lokal yang dana asingnya terus menerus keluar.
Tercatat selama sebulan terakhir dana asing yang keluar dari pasar reguler bursa Tanah Air mencapai Rp 1,20 triliun. Bahkan apabila ditarik dari awal tahun, dana asing yang keluar mencapai Rp 60,63 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp/trp)
https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMieGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL21hcmtldC8yMDIwMTIwOTE2NTU0Ni0xNy0yMDc5MjkvdmFsdWFzaS1paHNnLXRlcm1haGFsLWtlZHVhLWRhbmEtYXNpbmctcGluZGFoLWtlLXNpbmdhcHVyYdIBAA?oc=5
2020-12-09 23:45:00Z
52782516462449
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Valuasi IHSG Termahal Kedua, Dana Asing Pindah ke Singapura? - CNBC Indonesia"
Post a Comment